Selamat tinggal, sayang. Hiduplah tanpa aku.


Secarik kertas tulisanmu kuterima siang ini.
Berlembar rangkaian kalimat indah menghantarkan aku pada kenangan masa lalu.
Indah kubaca tulisanmu itu, tak seindah kenyataan yang terpampang.

Kemana harus kulayangkan balasan atas surat-suratmu?
Sementara aku tak tahu keberadaanmu.
Mengapa kau seperti mimpi?
Datang dan pergi sekehendak hati.
Mengapa pula aku harus menyiksa diri dengan menantikanmu?
Toh kamu sendiri tak pernah mengabariku.

Beberapa hari ini aku selalu terganggu oleh keberadaan surat-surat itu.
Sengajakah kau siksa aku?
Ataukah ada niatmu mempermainkanku?

Terpuruk aku dengan kesendirianku
Kau tak pernah hadir, tak pernah menemui aku.

Aku kehilangan inspirasiku, kehilangan semangatku.
Aku tak peduli lagi dengan mimpiku.
Aku terseret pada dunia yang sekarang bahagiakan aku.
Jangan salahkan aku, jangan pula kau pertentangkan pilihan hidupku.

Selamat tinggal, sayang.
Hiduplah tanpa aku.