"Hu uh ... kenapa dia hari ini gak ada telpon ya Cha?," untuk ketiga kalinya aku menanyakan hal yang bodoh pada Icha.
"Iiiih, kan tadi sudah aku bilang, hari ini hari Minggu, dia gak mungkin nelpooooonn...! Kamu gimana sih, dia kan type SUSIS gitoh!," Icha mulai kesal dengan pertanyaanku.
Aku beranjak menuju meja, kuraih telpon genggamku, sejurus kemudian, aku duduk kembali di hadapan Icha.
"Cha, apa aku yang menelpon duluan ya?, ga kuat nih, kangeeeeennn banget!,dari kemarin dia enggak ada nelpon!" rengekku memohon persetujuannya.
Icha memandang penuh serius, "jangan ah, entar kalo istrinya yang angkat tu telpon gimana? kasian kan dia, entar jadi berabe!". Sebenarnya, ada perasaan kecewa saat Icha tak mendukungku, tapi, dia ada benarnya juga.
Huft...! demi kelangsungan hubunganku dengan Jay, aku harus sabar. Namanya juga kekasih gelap, sepantasnya jika aku bersembunyi saja. Tapi, hati kenapa tak bisa diajak kompromi? kenapa selalu ingin bersama dia sih? aaarrgghhh...!
Telpon genggam milik Icha berbunyi, nada ring tone aneh terdengar. "Cha, masih kamu pasang ringtone aneh itu?," tanyaku sinis. Bagaimana tidak disebut aneh, jika bunyi ring tonenya,"sayang, aku nih yang nelpon, angkat dong telponnya ...". Sebel!, mana itu adalah rekaman suara pacarnya lagi.
Icha memonyongkan bibirnya sambil kemudian berteriak,"siirrrriiikk lu yeeee!".
Jay, Jay, jay, dimana sih kamu hari ini? kamu ingat aku enggak? lagi apa sih kamu disana?. Uh, mungkin dia sedang asik bermain dengan anak anaknya, atau dia sedang bermasyuk bersama istrinya? aaaaarrrgggghhh ... kenapa bukan aku yang bersamamu hari ini sih?. Lihat saja Jay, aku mau balas kelakuan kamu, enak saja buat aku menderita seperti ini. Pokonya telponmu mau aku blokir! ogah aku terima telpon kamu lagi. Kamu sih, kenapa dari kemarin enggak telpon aku.
Tangan tak mau berhenti mengutak ngatik telpon genggamku, buka kontak, cari nama, kuketik awal huruf namamu J, kemudian muncullah namamu dan disodori pilihan opsi, duuhhh ...kirim pesan atau panggil yaaaa ...
Begitu terus menerus hingga aku tak punya lagi keberanian dan menyerah. Jika aku mengirim pesan, pesan apa yang mau kutulis? dan kalaupun aku menelpon, kemudian istrinya yang mengangkat telpon, mau beralasan apa aku agar dapat bicara dengannya?.
Parah, parah, paraaaaahhh ... kenapa telponku tak jua berdering sih?. kenapa dari kemarin telpon ini mendadak bisu?.
Icha masih asyik menerima telpon dari kekasihnya. Aku seperti kambing congek saja disini, cari angin ah, sore ini kan indah buat jalan jalan keluar.
"Cha, aku keluar ya? males dengerin elo ngegombal dari tadi!," ucapku tanpa mengharapkan jawaban darinya. Baru saja sampai didepan pintu, kudengar Icha berteriak,
"Syifaaaa ... telponmu kayaknya rusak deh, nih kata alvin, dari kemarin dia menghubungi kamu ga bisa terus!"
Spontan, aku balik berteriak, " hah? apaaaaaa???!!!"